Mendapat Kebaikan Dari Berkendara


Kendaraan, baik yang klasik, semisal, kuda, pedati, andong atau yang moderen, motor, mobil, kapal, atau kereta adalah karunia Allah Ta’ala. Keimanan inilah yang membedakan pengendara muslim dari para pengendara kendaran lainnya. Selain itu ada dua aspek penting yang harus ditekankan dan menjadi nilai kebaikan pada saat berkendara

1.  Ikrar Lisan
Lisan adalah penerjemah bagi isi hati. Berbagai keyakinan dan juga perasaaan hati, berupa cinta, benci, dan sedih, biasanya akan diutarakan melalui lisan. Bahkan menyimpan perasaan dalam hati, dan tidak mengutarakannya adalah suatu pekerjaan sangat berat.
Wajar bila Islam mengajarkan kepada kita untuk mengespresikan iman tentang kendaraan dalam ucapan lisan. Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ. لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ
“Dan Yang telah menciptakan segala yang berpasang-pasang dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang engkau tunggangi. Supaya engkau duduk di atas punggungnya kemudian engkau ingat nikmat Tuhanmu apabila kengkau telah duduk di atasnya, dan agar engkau mengucapkan: “Maha Suci Tuhan Yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tiada menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (QS. Az Zukhruf/43: 12-14).

Ucapan lisan ini adalah bagian dari ekspresi syukur nikmat. Dengan demikian, ucapan lisan ini walau ringan dan mudah namun memiliki arti yang sangat penting, yaitu membedakan diri dari orang-orang yang kufur dan ingkar terhadap nikmat Allah Ta’ala.
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ. وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ. وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan  kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka memilikinya. Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk kepentingan mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Padanya mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman. Maka mengapa mereka  tidak bersyukur.” (QS. Yasiin/36: 71-73)
Karena itu dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bila mengendarai kendaraan, beliau mencontohkan kita untuk mengucapkan:
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، ثُمَّ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Maha suci Allah Yang telah menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal sebelumnya kami tiada menguasainya, dan kami pastilah akan kembali kepada Tuhan kami. Lalu beliau mengucapkan : Alhamdulillah 3 x, dilanjutkan dengan ucapan Allahu Akbar (takbir) 3 x,  dan ditutup dengan ucapan: “Maha Suci Engkau, sungguh aku telah banyak menzhalimi diriku sendiri, maka ampunilah hambamu ini, karena sesungguhnya tiada yang kuasa mengampuni dosa selain Engkau.” (Riwayat Abu Dawud dan At Tirmizy).

2. Menggunakan Kendaraan Pada Urusan yang Baik
Karena kendaraan adalah nikmat, maka sudah sepantasnya bila  menggunakannya untuk urusan yang diridhai Allah. Layakkah bila menggunakan kenikmatan Allah untuk menjalankan kedurhakaan kepada-Nya?
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ ... وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
“Kelak pada hari kiyamat, kedua kaki setiap hamba tidak akan bergeser hingga dimintai pertanggung jawaban tentang …… dan hartanya, dari mana ia memperolehnya dan kemana ia membelanjakannya.” (Riwayat At Tirmizy)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama