1. Membaca kitab dan talaqi. Dengan jalan membaca kitab-kitab terpercaya yang dikarang oleh para ulama yang terkenal keilmuannya, amanah mereka dan aqidah mereka selamat dari bid’ah-bid’ah dan khurafat. Mempelajari ilmu dari kitab secara langsung menjadikan seseorang mendapatkan apa yang ia tuju, akan tetapi belajar dari kitab secara langsung memilki dua kelemahan, yaitu : Pertama ; Membutuhkan waktu yang sangat lama, usaha yang keras, bersungguh-sungguh sehingga akan mendapatkan ilmu yang ia inginkan dalam hal ini kebanyakan manusia tidak kuat untuk melaksanakannya terutama ketika ia melihat lingkungan sekitarnya dimana banyak orang yang membuang waktu mereka dengan sia-sia. Sehingga mempengaruhinya menjadi malas, meremehkan dan condong. Sehingga dia tidak memperoleh apa yang ia harapkan. Kedua ; Bahwasanya orang yang belajar dari kitab secara langsung ilmunya lemah, tidak terbangun diatas kaidah dan ushul, kita mendapati kesalahan yang banyak dari orang yang belajar dari kitab secara langsung. Karena ilmu itu tidak tegak diatas kaidah dan ushul.
2. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuan dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan menyakinkan terhadap ilmu tersebut. Karena cara yang pertama kadang-kadang menyesatkan bagi orang yang belajar disebabkan ia tidak tahu terhadap jeleknya pemahaman, kedangkalan ilmunya ataupun sebab-sebab yang lain, sedangkan cara yang kedua, akan memungkinkannya diskusi, timbal-balik antara murid dan guru. Sehingga akan terbuka bagi murid pintu-pintu didalam memahami (ilmu), meneliti suatu hal dan bagaimana membela pendapat-pendapat yang shahih serta bagaimana caranya menolak pendapat yang dhoif Beberapa hal yang dapat membantu mendapatkan ilmu
1. Taqwa
2. Tekun dan kontinyu
3. Menghafal dan menjaga hafalan “Dari Abu hurairah -semoga Allah meridloinya- berkata : orang-orang mengatakan: Abu Hurairah (mengumpulkan dan meriwayatkan) seandainya bukan karena dua ayat dalam al Qur’an saya tidak akan berbicara dengan sebuah hadits, kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (amal buruk mereka) serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, dan mereka mati sedang mereka tetap dalam keadaan kafir, mereka itulah orang-orang yang ditimpa laknat Allah dan malaikat serta manusia sekaliannya.cMereka kekal di dalam laknat itu, tidak diringankan azab sengsara dari mereka dan mereka pula tidak diberikan tempoh atau perhatian. Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang Maha Esa; tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain dari Allah, yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.” (QS: Al Baqarah 159-169) sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan dari kalangan muhajirin sibuk dengan berdagang dipasar, sudara-saudara kita dari kalangan anshor sibuk dengan pekerjaan mereka. Sedang abu Hurairah senantiasa mulazamah (rutin menghadiri mejelis) Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau hadir ketika mereka tidak hadir dan beliau menghafal ketika mereka tidak menghafal. (HR Bukhary no.115)
4. Sering bergaul dengan ulama.
5. Bersungguh-sungguh (Mujahadah) Berkata Imam Syafi’i Rahimahullah: “Wahai saudarakku engkau tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam syarat : kecerdasan, kerakusan (akan ilmu), bersungguh-sungguh, memiliki biaya, bershahabat (berguru dengan ustadz) dan menempuh waktu yang lama.”
6. Menjauhi Sifat Sombong dan Pemalu (yang berlebihan). Kedua sifat ini akan menghalangi seseorang untuk bertanya terhadap suatu masalah yang tidak di ketahuinya , padahal kunci atau obat suatu kebodohan adalah bertanya. Sebagaiamana sabda Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam “Tidaklah mereka bertanya ketika mereka tidak mengetahui? Karena sesunguhnya obat kebodohan adalah bertanya” (hadits shohih, riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)
7. Menjauhi kemaksiatan. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman : “Bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqoroh : 282) “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu Furqaan dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Al-Anfal 29)
8. Furqon yaitu seseorang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya saya benar-benar menyangka bahwa seseorang lupa terhadap ilmu yang pernah di pelajarinya adalah akibat dari suatu dosa atau kemaksiatan yang telah dikerjakannya.” Berkata Imam Syafi’i rahimahullaahu: “Saya mengadu kepada Waqi’ (gurunya) tentang buruknya hafalanku, lalu dia memberiku petunjuk untuk meninggalkan kemaksiaatan dan memberitahukan kepadaku bahwasanya ilmu Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa adalah cahaya dan cahaya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tidak diberikan kepada pelaku kemaksiatan.”
Sumber: ebook http://www.ummusalma.wordpress.com, Al-Ilmu, hal 1 Hal 6-8
Posting Komentar