Indonesia Darurat Penyakit Fitnah Akbar


Di zaman sekarang anda pasti sudah tidak asing dengan media yang menyampaikan segala informasi, media bisa memberikan dampak baik dan buruk tergantung penggunaan dan penerimannya.

Namun, ketika kita melihat fenomena berita sekarang banyak hal yang perlu disaring dan diolah dari sebuah informasi, seperti berita tentang partai politik dan usaha-usahanya dalam menarik minat masyarakat.

Ada hal yang sangat dikhawatirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atas umatnya. Dalam sebuah hadits shahih beliau bersabda: "Menjelang hari Kiamat nanti bakal terjadi fitnah-fitnah seperti potongan malam kelam. Pada saat itu seseorang beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore harinya, beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi harinya. Ia menjual agamanya dengan materi dunia." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Fitnah bukan hanya sebuah tuduhan dari satu orang ke orang lain, tetapi fitnah bisa berbentuk propaganda, informasi dan seruan untuk melakukan sesuatu yang salah dari satu golongan, organisasi atau satu kesatuan yang disebut fitnah akbar.

Bagaimana fitnah akbar bisa terjadi:

1. Ucapan dan Fakta Yang Dipaksakan
Berasal dari Informasi atau berita seperti media televisi, whatsapp (media sosial lain), forum dan berita yang tidak masuk akal dan terkesan dipaksakan, contohnya berita isis yang menyebelih tahanannya padahal video itu berasal dari tahun 2002 sebelum adanya isis tentang kekejaman teroris di Pakistan. Dan kenyataannya semua ini ditelan mentah-mentah oleh masyarakat sehingga menjadi bahan pembicaraan

Dan banyak lagi, kita bisa lihat di facebook dan situs lain dimana foto, video dan isi informasi seperti tali yang dipaksakan terikat.

2. Berisi ancaman atau paksaan untuk menyebarkan
Misalnya pesan yang berisi keadaan Indonesia yang kacau jika tidak sebarkan kepada 10 orang maka akan mendapat musibah tujuh turunan, akan mendapat dosa besar bla,bla,bla

Orang yang bermental lemah pasti takut dan percaya sehingga di sebarkan ke teman yang ada bermental lemah pula, disebarkan lagi begitu seterusnya jadinya lingkaran salah yang massif dan terstruktur deh :D

3. Men-dramatisir informasi 
Seperti menyebutkan ini informasi top secret, informannya ditahan dibunuh, atau ceritanya dibuat sekejam mungkin sehingga kita menganggap secara psikologis mental sedah kena tembak :p dan merasa berita itu “benar-benar benar”

4. Katanya benar, tapi tak pernah mengalami
Tidak aneh kan melihat informasi yang merasa paling benar tetapi ketika ditanya dan dikaji dari pelaku cuma katanya, katanya, katanya

Ini sebenarnya berita yang bisa menyebabkan racun pada pikiran, ingat apa yang rasul sabdakan
“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta, jika dia menyebarkan apa yang dia dengar”
Dapat cerita dikit sebar, dapat berita dikit sebar, dapat informasi dikit sebar ketika ditanya kejelasan dan kebenaran menjawab “gak tahu gan, kan katanya…………”
Kalau dengar cerita kayak gini, informan galau pendengarnya juga galau

Itu sebabnya dalam ilmu hadis, kebenaran informasi yang menerima dan menyampaikan harus benar-benar shahih dari guru atau informan yang bertatap muka dan mendengar langsung, kalau cuma tulisan dari A atau B bisa mengurangi kualitas hadisnya.
Gak ada salahnya mencontoh pola demikian, sebelum dapat berita atau kabar pastikan dulu benar atau tidaknya jadi kita yakin dan mantap dalam menyampaikan tanpa “nganu….eh… nganu………..”

SOLUSI FITNAH AKBAR

Tabayun
ketika mendengar informasi jangan langsung main sebar aja. Tapi harus dikaji dan diperiksa kebenarannya. Selain ngisi waktu luang, cara berpikir seperti ini mebuat kita semakin dewasa dan brilliant dalam menyikapi hal (tabayun arahan al-qur’an, nggak rugi kan ).

Kalau main sebar-sebar padahal beritanya salah kan jadi dosa MLM, Cuma ngikut doang karena tergiur nggak mau cari kebenarannya, gimana kalau diminta tanggungjawab di akhirat gara-gara itu, nanti nggak bisa jawab di “BLAEM” sama malaikat : D

Jika tidak bisa berkata baik diam
Berkata itu bukan hanya dari mulut, dari apa yang kita ketik dan sebarkan lewat media. Pada dasarnya mulut mewakili curahan akal dan isi hati kita, begitu juga nulis, sebar video dan comment kan pakai akal atau hati.

Tapi ingat ya diam bukan jadi pendiam :p, diamnya ketika menghadapi berita A yang nggak tahu bener nggak dan bakal muncul masalah kalau omongan kita disampaikan tapi kalau menghadapi berita B kita tahu dan bisa ngomong, ngomong aja nggak usah dipendem nanti jadi meledak :D 

Kalau kiranya kita bener-bener bingung sendiri mau menyampaikan atau menyebarkan sesuatu, takut salah atau nggak bisa mempertanggungjawabkan lebih baik diam sambil mengkaji bagus juga, kan lebih bijak daripada omongan kesana kemari, bikin emosi yang baca, dibales pake emosi, ngejawabnya pake emosi lagi. Berhasil deh diadu domba sama emosi sendiri.

Awalnya sih simple, suka ngomong asal doang jadinya ribet. (kayak kasus kemarin awalnya kan simple tapi jadi ribet sampai bikin galau pengguna medsos :D)

Dua hal ini juga cukup untuk mencegah terjadinya fitnah akbar semakin luas dan merajalela (nggak usah banyak nanti jadi banyak kerjaan ). Ingat kita sendiri lo yang merasakan, diam di Negara yang banyak berita ngawurnya, pikiran jadi pusing, mau ngurus nggak ada yang bener, jadinya mendingan ngurus diri sendiri saja.

Padahal kita bisa mencegah dan meredam itu semua mulai dari pribadi, kalau benar dan tenang kita sendiri yang merasakan manfaat dan kebaikannya.

Biar pembuat fitnahnya pada mewek karena gagal berita disebarkan, minimal gagal menghadapi kita.
Kalau lihat ada sumbu kompor fitnah akbar kita tertawa dan senyum sendiri aja karena sudah tahu celah dan kelemahannya, syukur-syukur mau ditangkis dan dilawan uppsss……….. maksudnya dibenarkan :D

Segitu aja gan bagi yang mau komen ditunggu aja siapa tahu jadi diskusi bersama, maaf-maaf kalau ada salah kata atau pihak yang tersinggung, nggak ada niat untuk menusuk hatimu koq, hehehehe

Lebih baru Lebih lama