Karakteristik Islam di Indonesia


1.    Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang (Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.    Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak  isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.    Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat. Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di tengah-tengah  mayoritas agama lain.
4.    Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab

DAFTAR PUSTAKA
http://www.jazirahislam.com/158/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.htm
http://omarblega.wordpress.com/2010/06/17/sejarah-masuknya-islam-di-di-indonesia/
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press

Lebih baru Lebih lama