3 Tips Agar Ikhlas Menyayangi Sesama Muslim


Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari)

Hadis diatas merupakan anjuran yang sangat utama bagi seluruh orang beriman, yaitu jangan pernah mengabaikan saudara seiman dan sayangilah mereka sebagaimana mencintai diri sendiri.
Sedangkan zaman sekarang ini banyak orang-orang yang mengaku beriman tapi acuh kepada saudaranya sendiri, padahal mereka membutuhkan bantuan. Hal ini memberikan stigma islam sebagai ajaran yang acuh dan non-sosial, padahal hadis-hadis tentang sosialisme banyak sekali termasuk hadis ini hanya saja banyak yang tidak tahu dan belum bisa mengamalkan.
Karena itu, kami sediakan tips bagaimana mencintai saudara seiman sebagaimana mencintai diri sendiri, yaitu:

1. Perhatikan pakaian, apakah rusak?

Kita mulai dari hal kecil yaitu berpakaian. Tentunya jika berpergian dan bertemu dengan seseorang kita tidak mau menggunakan pakaian yang sobek dan kotor.
 Kenapa tidak berbuat begitu juga kepada saudara seiman kita. Perhatikan pakaiannya, jika pakaiannya baik maka tidak perlu  ditanyakan namun jika pakaiannya sobek dan kotor ada baiknya kita bertanya kenapa dan apa yang terjadi? jika menjawab karena tidak punya baju lain maka sudah selayaknya kita men-shadaqah-kan sebagaian pakaian untuknya.

2.      Perhatikan raut wajahnya

Saat perasaan sedang sedih dan gundah pasti kita merasakan suasana yang tidak enak sehingga merubah raut muka. Saat seperti inilah manusia membutuhkan tempat untuk mencurahkan keluh kesah dan kegelisahannya.
Maka tidak salahnya kitapun melakukan hal yang sama pada saudara seiman, apabila dia terlihat sedih dan gundah maka cobalah tanya dan ajak bicara. Agar suasana hati dan kesedihannya berkurang.


3.      Jika meminta pertolongan, tolonglah tanpa ragu-ragu

Pada saat saudara seiman kita mengalami kesulitan maka dia akan berusaha meminta tolong kepada kita, maka sudah sepantasnya kita menolong.
Jangan dibayang-bayang atau diimajinasikan bagaimana jika kita menolongnya, apa yang akan didapat dan akibatnya pada diri sendiri. Tolonglah sebagaimana kita dalam kesulitan yang menolong diri sendiri.
Tentunya permintaan tolong itu adalah syafaat yang baik bukan pertolongan pada keburukan dan kekafiran.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama