Bagaimana Risalah Diturunkan

Bagaimana Risalah Diturunkan?
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(QS.Asy-Syuara:51-52)

Pokok Kandungan Ayat
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut: 

1. Dengan Wahyu yakni Allah menanamkan ke dalam hati sanubari seorang nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah
2. Dibelakang Tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa.
3. Mengutus seseorang utusan, yakni Allah mengutus malaikat jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah mahatinggi lagi maha suci dari sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan-Nya, berbicara dengan hamba-hamba-Nya, adakalanya tanpa perantara baik berupa ilham atau berupa percakapan dari belakang tabir.

Kosakata
Kalimat يكلمه الله) ) yukallimahu Allah/diajak bicara oleh Allah tentu saja tidak boleh dipahami dalam arti percakapan seperti halnyamakhluk. Banyak uraian ulama yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan kalam Allah itu. Yang pasti bahwa kalm Allah atau apa saja redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama, karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”.
Ayat di atas mengemukakan tiga cara. Yang pertama langsung, tanpa menyebut satu kondisi atau syarat. Sedang yang kedua disertai dengan satu kondisi, atau syrat yaitu “di belakang hijab”, dan yang ketiga berupa kehadiran utusan untuk menyampaikan wahyu itu.


Saran
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini yaitu ikutilah jalan yang lurus dan benar dengan berpedoman pada Al-Quran sebagai petunjuk. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama