Bigorafi Abu Hatim Ar-Razi



NAMA BELIAU
Beliau adalah al-Hafizh Abu Hatim ar-Razi Muhammad ibn Idris ibn al-Mundzir ibn Dawud ibn Mihran al-Handhali. Beliau lahir pada tahun 195 H.
Beliau seorang pakar/ahli hadits terkemuka yang sangat populer tentang keahliannya dalam meneliti illah (kecacatan) pada sebuah hadits, bagaikan seorang dokter spesialis yang biasa mendiagnosis penyakit rumit pasiennya. Keahliannya tersebut sangat tampak pada tulisan-tulisan dan karya ilmiah beliau seperti kitab 'Ilal Hadits dan lainnya. Beliau masih sezaman dengan imam hadits dunia, al-Imam al-Bukhari.

PUJIAN ULAMA KEPADA BELIAU
Al-Hafizh al-Baghdadi mengatakan, "Beliau adalah salah seorang imam yang sangat kuat (hafalannya) dan teguh, sangat dikenal keilmuannya, dan disebut-sebut keutamaannya."
Abdurrahman ibn Abi Hatim berkata, "Aku mendengar Yunus ibn Abdil A'la mengatakan, 'Abu Zur'ah dan Abu Hatim
adalah dua imam di kota Khurasan, hidup keduanya adalah kebaikan bagi kaum muslimin.'"
Al-Hafizh Abu Nu'aim al-Asbahani mengatakan, "Beliau adalah imam dalam kuat hafalannya."
Al-Imam adz-Dzahabi mengatakan, "Beliau adalah lautan ilmu, telah berkeliling dunia (mencari ilmu), sangat mahir dalam matan dan sanad, begitu piawai dalarn mengumpulkan ilmu dan menulisnya, beliau sangat ahli dalam ilmu jarh wa ta'dil (penilaian akan terpercaya atau tidaknya rawi hadits), menyatakan keshahihan atau kecacatan hadits."

ITTIBA' BELIAU TERHADAP SUNNAH NABI
Berkata al-Imam adz-Dzahabi, "Al-Hafizh Abul Qasim al-Lalika'i mengatakan: Aku menjumpai di dalam kitab karangan Abu Hatim beliau mengatakan, 'Madzhab kami dan pilihan kami adalah berusaha mengikuti Rasulullah, para sahabat, dan tabi'in, dan berpegang teguh dengan madzhab ahlulhadits seperti asy-Syafi'i dan Ahmad ibn Hanbal, Ishaq,

Abu Ubaid, dan selalu berpijak pada Kitab dan Sunnah, dan kami berkeyakinan bahwa Allah berada di atas Arsy. Allah berfirman:
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. (QS asy-Syura [42]: 11)
Dan kami meyakini bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Kami beriman dengan adanya adzab kubur, adanya telaga Rasulullah , pertanyaan malaikat di alam kubur, dan syafa'at. Dan kami mendo'akan rahmat bagi seluruh para sahabat Rasulullah
Abul Hasan mengatakan, "Suatu ketika, Muhammad ibn Ibrahim ibn Syu'aib al-Ghazi pernah mengatakan, 'Bila engkau melihat salah seorang penduduk kota Razi, Khurasan, yang mencintai Abu Hatim dan Abu Zur'ah maka ketahuilah berarti ia adalah seorang Ahlussunnah.'"

KELUASAN ILMU BELIAU
Abdurrahman ibn Abi Hatim mengatakan, "Aku pernah mendengar ayahku mengatakan, 'Suatu ketika, datanglah Muhammad ibn Yahya an-Naisaburi lalu aku mencoba (untuk mengujinya) menyebutkan 13 dari haditsnya al-Imam az-Zuhri, namun ia tidak mengetahuinya kecuali hanya 3 hadits saja, sedangkan selainnya ia belum mengetahui hadits tersebut.'
Ahmad ibn Salamah an-Naisaburi mengatakan, "Aku tidak melihat sesudah Ishaq dan Muhammad ibn Yahya seorang yang lebih kuat hafalan haditsya selain Abu Hatim ar-Razi.
Abdurrahman ibn Abi Hatim mengatakan, "Aku pernah mendengar ayahku mengatakan: Suatu hari, aku bersama Abu Zur'ah terlibat dalam penelitian keshahihan suatu hadits, maka mulailah beliau menyebutkan beberapa hadits dan menyebutkan juga beberapa kecacatan dalam hadits tersebut. Demikian juga aku. Aku menyebutkan beberapa hadits yang keliru dan beliau mencoba menyebutkan cacat hadits tersebut, namun keliru, lalu beliau mengatakan, 'Wahai Abu Hatim, sangat sedikit orang yang mengetahui permasalahan seperti ini, sungguh alangkah mulianya perkara ini, bila engkau angkat masalah ini kepada satu atau dua orang dari mereka tentu engkau akan mendapati sangat sedikit dari mereka yang memiliki pemahaman yang baik dalam masalah ini.'

PERJALANAN BELIAU DALAM MENUNTUT ILMU
Abdurrahman ibn Abi Hatim mengatakan, "Aku pernah mendengar ayahku bercerita:
Aku pernah tinggal lama di Bashrah. Awalnya, aku merencanakan untuk hanya tinggal selama setahun saja, hingga habislah perbekalanku, aku tetap tinggal tanpa tersisa perbekalan sedikit pun. Aku bersama sahabatku berkeliling untuk bertemu para imam ahlulhadits. Aku belajar hadits hingga sore hari. Maka (ketika telah tiba waktu sore) pulanglah sahabatku tersebut dan aku pun pulang ke persinggahanku. Keesokan harinya, sahabatku tersebut kembali datang menjemputku untuk seperti biasa datang kepada para ahlulhadits dan belajar kepada mereka, padahal aku dalam keadaan sangat kelaparan. Aku pun tetap berangkat dengan perut keroncongan, hingga keesokan harinya, datang lagi sahabatku untuk menjemputku, namun aku katakan kepadanya, 'Wahai sahabatku, hari ini aku sangat lemah dan tidak bisa datang untuk belajar bersamamu.' Lalu ia bertanya, 'Apa sebabnya?' Lalu aku katakan, 'Sungguh aku tidak bisa berdusta kepadamu, sebenarnya sudah 2 hari ini aku tidak makan sesuatu pun. Lalu sahabatku mengatakan, Aku masih memiliki uang satu dinar, maka ambillah separuhnya dan separuhnya lagi adalah untuk aku membayar uang sewa.' Lalu aku pun mengambil uang tersebut, akhirnya aku pun pulang meninggalkan Bashrah."

KEHATI-HATIAN DALAM PENILAIAN RAWI HADITS
Berkata al-Imam adz-Dzahabi, "Apabila Abu Hatim telah merekomendasikan ke-tsiqah-an seorang rawi hadits maka berpeganglah dengan ucapan beliau, karena beliau adalah orang yang sangat berhati-hati dan tidak menggampangkan atau serampangan dalam memberikan penilaian. Namun, bila beliau tidak tegas dalam merekomendasikan, atau mengatakan bahwa orang ini tidak dapat dijadikan hujjah maka tunggulah dan lihatlah adakah para pakar/ahli hadits yang lain telah memberikan komentarnya; apabila ada salah dari mereka yang telah merekomendasikan maka jangan terlalu melihat pada penilaiannya Abu Hatim karena beliau orang yang sangat pelit dalam merekomendasi seorang rawi, hingga terkadang banyak para perawi hadits yang terpercaya, namun beliau menilainya bahwa mereka adalah para rawi yang tidak bisa dijadikan hujjah, tidak kuat (hafalannya), atau yang semisalnya." 
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam muqaddimah kitab Fathul Bari bahwa Muhammad ibn Adi al-Bashri adalah salah satu guru al-Imam Ahmad, bahkan Amr ibn Ali mengatakan bahwa Abdurrahman ibn Mahdi pun telah merekomendasi dan memberikan pujian kepada beliau, namun Abu Hatim justru mengatakan bahwa orang tersebut tidak bisa dijadikan hujjah. Maka perkataan Abu Hatim itu perlu ditinjau ulang, karena memang beliau adalah orang yang sangat sempit dalam memberi rekomendasi kepada seorang rawi."

GURU DAN MURID BELIAU
Sungguh guru-guru beliau sangatlah banyak. Di antara adalah: Muhammad ibn Abdillah al-Anshari, Utsman ibn Haitsam, Affan ibn Muslim, Abu Nu'aim, Abdullah ibn Musa, Abdullah ibn Shalih, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berkata al-Hafizh, "Untuk menghitung seluruh guru-guru beliau maka rasanya sangat sulit, karena jumlah guru-guru beliau hampir mendekati tiga ribu ulama."
Sementara itu, murid-murid pilihan beliau seperti putra beliau sendiri al-Hafizh al-Imam Abu Muhammad Abdurrahman ibn Abi Hatim, Yunus ibn Abdil A'la, ar-Rabi' ibn Sulaiman, Abu Zur'ah ar-Razi, Ibrahim al-Harbi Abu Bakar ibn Abi Dunya, bahkan Abu Abdillah al-Bukhari, Abu Dawud as-Sijistani, dan Abu Abdirrahman an-Nasa'i serta masih banyak sekali murid-murid beliau yang lainnya.

PETUAH BELIAU
Hatim ibn Abi Hatim ar-Razi mengatakan bahwa dia pernah mendengar ayahnya mewasiatkan, "Tulislah di antara pelajaran terbaik yang pernah engkau dengar, hafallah pelajaran terbaik yang pernah engkau tulis, dan selalu ingatlah pelajaran terbaik yang engkau hafal."

WAFAT BELIAU
Berkata Abu Sa'id ibn Yunus, "Abu Hatim meninggal dunia di kota Ray pada tahun 275 H, namun ada yang berpendapat bahwa beliau meninggal dunia pada tahun 277 H pada bulan Sya'ban.
Akhirnya, semoga Allah merahmati kita semua dan juga merahmati al-Imam Abu Hatim ar-Razi, imam ahli hadits dunia, dan seorang spesialis dalam bidang ilmu cacatnya hadits; dan semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita dan juga kepada beliau, menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi-Nya, serta mengumpulkan kita semua di surga-Nya yang tinggi. Amin. Wallahul Muwaffiq.


Oleh: Ustadz Abu Faiz Sholahuddin bin Mudasim
Publication 1436 H/ 2015 M
Sumber: Majalah Al-Furqon No.155 Ed. 8 Th. Ke-14_1436 H WWW.IBNUMAJJAH.COM

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama